Langsung ke konten utama

IDENTIFIKASI BAKTERI MENGGUNAKAN UJI BIOKIMIA

1.1  Latar Belakang
      Bakteri merupakan makhluk hidup, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kenyataan bahwa bakteri dapat bermetabolisme. Metabolisme yang dilakukan oleh bakteri dimaksudkan untuk menunjang kebutuhan hidup bakteri dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Metabolisme pada bakteri sama dengan metabolisme pada makhluk hidup tingkat tinggi yang terdiri dari proses anabolisme dan katabolisme (Campbell dkk., 2002).
      Metabolisme pada bakteri dapat dilakukan dengan bantuan enzim – enzim tertentu yang diekskresikan oleh suatu jenis bakteri. Namun, tidak semua bakteri dapat melakukan produksi enzim yang jenisnya sama. Hal tersebut terjadi akibat perbedaan habitat beberapa jenis bakteri sehingga otomatis jenis enzim yang dibutuhkan untuk membantu proses metabolismenyapun berbeda bergantung habitat dan fungsinya (Campbell dkk., 2002).
      Perbedaan jenis enzim yang diproduksi oleh bakteri merupakan salah satu hal yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu jenis bakteri berdasarkan jenis enzim yang dihasilkannya. Namun, untuk mengetahui jenis enzim yang diproduksi oleh           suatu spesies bakteri hanya dapat dilakukan dengan menggunakan serangkaian uji reaksi yang melibatkan reaksi biokimia di dalamnya (Campbell dkk., 2002). Praktikum ini penting dilakukan untuk dapat mengidentifikasi spesies bakteri berdasarkan jenis enzim yang diproduksinya melalui uji reaksi biokimia.

1.2  Rumusan Masalah
      Rumusan masalah pada praktikum ini adalah:
1.      Bagaimana proses metabolisme yang terjadi pada bakteri?
2.      Bagaimana cara mengidentifikasi bakteri menggunakan uji biokimia?
3.      Bagaimana reaksi yang terjadi antara enzim spesifik yang dihasilkan oleh bakteri dengan bahan kimia yang diujikan dalam metabolisme bakteri?



1.3  Tujuan
      Tujuan dari praktikum ini adalah:
1.      Mengetahui proses metabolisme yang terjadi pada bakteri.
2.      Mengetahui cara mengidentifikasi bakteri menggunakan uji biokimia.
3.      Mengetahui reaksi yang terjadi antara enzim spesifik yang dihasilkan oleh bakteri dengan bahan kimia yang diujikan dalam metabolisme bakteri.

1.4  Manfaat
            Hasil dari praktikum ini dapat digunakan untuk mengklasifikasikan bakteri yang telah diidentifikasi berdasarkan proses metabolismenya, khususnya berdasarkan jenis enzim yang diproduksi oleh bakteri tersebut

2.1 Metabolisme Bakteri
            Bakteri memiliki kemampuan untuk melakukan metabolisme sama halnya dengan makhluk hidup lainnya. Bakteri melakukan metabolisme dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, bakteri memiliki keanekaragaman cara bermetabolisme yang berbeda dibandingkan dengan makhluk hidup tingkat tinggi, hal tersebut disebabkan karena metabolisme bakteri dilakukan secara adaptif dengan kondisi lingkungannya yang berubah-ubah (Campbell dkk., 2002).
     Bakteri yang umumnya dijadikan contoh adalah  E.coli dimana hidupnya di lingkungan yang tidak menentu nutrisinya yaitu usus manusia. Bakteri E.coli membutuhkan asam amino triptofan untuk tetap hidup, apabila tidak mendapatkannya, maka bakteri akan merespons hal tersebut dengan cara mengaktifkan jalur metabolisme untu membuat triptofannya sendiri dari bahan lain yang ada. Namun, bakteri E.coli tidak akan bermetabolisme menghasilkan triptofan apabila lingkungannya tersedia banyak triptofan, hal tersebut menunjukkan bahwa bakteri tidak selalu bermetabolisme karena metabolisme dapat mengurangi energy yang dimilikinya, metabolisme bakteri hanya terjadi pada saat yang tidak menguntungkan saja (Campbell dkk., 2002).
     Pengaturan jalur metabolisme yang dilakukan oleh bakteri dapat terjadi melalui dua jalur. Jalur – jalur tersebut antara lain adalah laju jalur metabolisme spesifik dengan mengatur ekspresi gen (sintetsis molekul enzim baru) ataupun dengan mengatur aktivitas katalitik dari enzim yang sudah ada. Misalnya, jalur sintesis triptofan, jumlah triptofan yang melimpah dapat menekan ekspresi gen untuk semua enzim yang dibutuhkan pada jalur tersebut. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya inhibisi atau penghambatan aktivitas enzim pertama pada jalur tersebut (Gambar 1.) (Campbell dkk., 2002).

2.2 Reaksi Okisdasi dan Reduksi pada Bakteri
     Bakteri memiliki beberapa jenis yang dapat hidup dengan cara menurunkan pH lingkungannya dengan cara memproduksi berbagai macam asam seperti asam laktat, asam asetat, dan sebagainya. Bakteri yang termasuk dalam jenis ini contohnya adalah bakteri aerob dan anaerob fakultatif yang dapat menggunakan O2 dan menghasilkan H2O2 yang bersifat racun. Namun, bakteri jenis tersebut dapat menghasilkan enzim katalase untuk menguraikan H2O2 menjadi H2O dan O2.  Contoh lain adanya reaksi reduksi adalah reaksi reduksi deaminasi dimana asam amino akan direduksi menjadi asam karboksilat dan amoniak yang diikuti dengan pembebasan gugus amino sehingga disebut reduksi deaminasi pada bakteri yang hidup di usus besar manusia (Sumardjo, 2006).

2.3 Fermentasi Karbohidrat
            Fermentasi karbohidrat dilakukan oleh bakteri anaerobik maupun bakteri anaerobic fakultatif. Karbohidrat merupakan senyawa kimia kompleks yang menyimpan banyak sumber energi ketika dihancurkan menjadi senyawa yang sederhana. Ketika karbohidrat difermentasikan oleh enzim bakteri maka akan terbentuk produk akhir berupa asam ataupun asam dengan kandungan gas. Uji fermentasi karbohidrat dilakukan dalam tabung Durham untuk mendeteksi produksi gas. Hasil dari uji fermentasi karbohidrat apabila karbohidrat telah difermentasikan oleh bakteri, maka hasil akhirnya akan menurunkan pH sehingga menyebabkan perubahan warna pada indikator pH misal menggunakan phenol red maka warna akan berubah menjadi kuning.  Sementara apabila karbohidrat tidak difermentasikan, maka tidak akan terbentuk asam ataupun gas dan phenol red akan tetap berwarna merah (Bhowmik, 2011).

2.4 Reduksi Nitrat
     Identifikasi bakteri dapat dilakukan dengan menguji bakteri tersebut termasuk bakteri yang mampu mereduksi nitrat (NO3) menjadi nitrit (NO2) atau senyawa N yang lain seperti ammoniak (NH3) atau gas nitrogen (N2). Bakteri yang hasilnya positif dalam uji reduksi nitrat adalah Enterobacteriaceae dengan rumus reaksi sebagai berikut (Garg dkk., 2010):

NO3 è NO2 è NH3 atau N2

2.5 Uji Katalase
     Adanya air dan oksigen memicu terjadinya proses metabolisme yang menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) yang bersifat racun bagi sel. Hidrogen peroksida tersebut harus direduksi sehingga tidak menjadi racun bagi sel, proses tersebut membutuhkan bantuan dari adanya enzim katalase. Enzim katalase dapat dihasilkan oleh bakteri jenis aerobik dan anaerobic fakultatif sehingga ketika diuji menghasilkan gas karena rumus reaksi berikut (Garg dkk., 2010):


2H2O2 + Catalase è 2H2O + O2

2.6 Uji Urease
     Bakteri memiliki enzim yang disebut urease, namun tidak semua jenis bakteri yang dapat memproduksinya. Enzim tersebut berfungsi untuk hidrolisis urea yang merupakan sisa pembuangan hasil metabolisme vertebrata yang mengandung nitrogen dan dikeluarkan bersama urin. Enzim urease merombak urea menjadi ammonia dan karbon dioksida yang selanjutnya dapat digunakan oleh bacteria untuk bermetabolisme. Hasil tes adanya enzim urease ditandai dengan adanya ammonia menyebabkan hasil menjadi alkalis (Garg dkk., 2010).

DAFTAR PUSTAKA


ABIS. 2015. Bacteria Identification Software.
     http://tgw1916.net/bacteria_abis.html. diakses pada hari Minggu, 12
     April 2015.
Bhowmik, Goutam. 2011. Analytical Techniques in Biotechnology. Tata
     McGraw-Hill Education: New Delhi.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece., dan Lawrence G. Mitchell. 2002.
     Biologi. Penerjemah, Lestari. Erlangga: Jakarta.
Cheesbrough, Monica. 2006. District Laboratory Practice in Tropical
     Countries. Cambridge University Press: Melbourne.
Garg, Neelima, K. L. Garg, K. G. Mukerji. 2010. Laboratory Manual of
     Food Microbiology. I. K. International Pvt Ltd: New Delhi.
Garrity, G. M., Don J. Brenner, N. R. Krieg, dan J. T. Staley. 2005.
     Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology. Edisi kedua. Springer:
     USA.
Leboffe, Michael J., dan Burton E. Pierce. 2011. A Photographic Atlas
     for the Microbiology Laboratory. Edisi keempat. Morton publishing:
     Englewood, Colorado, USA.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah
     Mahasiswa Kedokteran. EGC: Jakarta.
Vasanthakumari, R. 2009. Practical Microbiology. BI Publications Pvt
     Ltd: New Delhi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKNIK PEWARNAAN MOLD DAN YEAST

1.1   Latar Belakang Mikroba terdiri dari bakteri, fungi, protozoa, dan alga. Proses identifikasi untuk jenis-jenis mikroba tersebut cenderung berbeda karena struktur penyusun selnya juga berbeda. Fungi dibagi lagi menjadi mold (kapang) dan yeast (khamir), lichen , dan mikorhiza (Campbell dkk., 2003 ). Mold adalah fungi yang bersifat multisesluler dan memiliki kemampuan tumbuh dengan cepat dan bereproduksi cenderung secara aseksual. Perbedaan mold dan yeast adalah jumlah selnya, dimana sel yeast masih termasuk uniseluler sehingga strukturnya lebih sederhana dibandingkan dengan mold . Yeast di alam dapat ditemukan di tempat yang cair dan lembab seperti getah pohon dan jaringan hewan (Campbell dkk., 2003). Identifikasi mold untuk proses klasifikasi dapat dilakukan dengan cara melihat ciri-ciri morfologis struktur dari spora baik aseksual maupun seksualnya, sementara yeast dapat dilakukan dengan cara melihat ciri fisiologis dan adanya reaksi-reaksi biokimia di dalam sel...

Biologi Sel: Fraksinasi dan Analisa Komponen Seluler

1.1      Dasar Teori Sel meru pakan struktur dasar dari makhluk hidup yang paling kecil tetapi sudah kompleks dan fungsional. Tubuh dari makhluk hidup kecuali virus, memiliki organisasi sel yang terdiri dari banyak sel. Makhluk hidup yang hanya memiliki satu sel disebut sebagai uniseluler, contohnya adalah bakteri. Sementara itu, makhluk hidup yang memiliki banyak sel disebut sebagai makhluk hidup multiseluler(Chauhan,2008). Ti pe dari sel menjadi dasar pembagian sel secara prokariotik dan eukariotik. Prokariotik merupakan sel yang sangat primitif dan memiliki struktur internal yang sederhana. Hal tersebut dikarenakan sel prokariotik yang tidak dilengkapi dengan nukleus atau membran terikat lainnya, struktur internal sel prokariotik hanya terdiri atas dinding sel, membran plasma, sitosol, ruang kosong, ER, ribosom, dan penyimpanan granula. Sementara itu, eukariotik memiliki struktur internal sel yang lebih kompleks. Protoplasma pada sel prokariotik banyak meng...