1.1 Latar Belakang
Pisces merupakan kelompok dari makhluk hidup yang berupa ikan, dimana ikan tersebut memiliki habitat berupa perairan baik perairan tawar, laut, maupun estuaria. Ikan merupakan makhluk hidup yang memiliki struktur berbeda dengan binatang yang lain akibat dari habitatnya yang berupa perairan. Ikan memiliki insang yang digunakan untuk proses pertukaran oksigen, namun ada juga beberapa jenis ikan yang termasuk dalam golongan mamalia yang menggunakan paru-paru sebagai organ pernafasannya (Ostrander, 2000).
Pisces merupakan sumber protein apabila dikonsumsi, sehingga kebutuhan manusia akan pisces cenderung selalu mengalami peningkatan. Struktur dan anatomi dari pisces memiliki perbedaan dengan makhluk yang hidup di daratan akibat dari perbedaan habitat, selain itu juga sistem organ di dalam tubuh pisces mempunyai system yang berbeda walaupun pada dasarnya fungsinya sama dengan makhluk yang hidup di daratan (Ostrander, 2000). Praktikum ini penting dilakukan untuk mengetahui lebih jauh tentang struktur dan anatomi dari pisces sehingga dapat membedakannya dengan makhluk hidup daratan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, dapat dibuat beberapa rumusan masalah seperti berikut:
1. Bagaimanakah cara mengetahui dan mempelajari bentuk, struktur, fungsi, serta susunan tubuh pada pisces?
2. Bagaimanakah pemahaman tentang bentuk, struktur, fungsi, serta susunan tubuh pada pisces?
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam praktikum ini adalah:
1. Mengetahui bentuk, struktur, fungsi, serta susunan tubuh pada pisces.
2. Memahami bentuk, struktur, fungsi, serta susunan tubuh pada pisces.
1.4 Manfaat Praktikum
Manfaat yang dapat diperoleh setelah menyelesaikan praktikum ini yang pertama adalah dapat memahami sistem organ pada pisces. Kedua, dapat mengetahui serta membedakan sistem organ makhluk perairan dan makhluk daratan. Ketiga, dapat mengetahui peranan pisces di habitatnya misal sebagai pisces air tawar, laut, atau estuaria dengan melihat struktur anatomi pisces tersebut beserta sistem organnya.
2.1 Ikan (Pisces)
Ikan merupakan binatang vertebrata poikilotermik yang memiliki habitat berupa perairan dan bernafas menggunakan insang. Pada umumnya, ikan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu ikan tanpa rahang (agnatha), ikan bertulang rawan (chondrichthyes), dan ikan bertulang keras (osteochthyes). Ikan bertulang keras merupakan ikan yang paling banyak jumlahnya, baik dalam hal individu maupun dalam jumlah spesies (Brian dkk., 2012).
Tubuh ikan dibagi atas tiga bagian yaitu (Ostrander, 2000):
1. Caput (kepala), yaitu bagian ikan yang dimulai dari ujung moncong terdepan sampai dengan ujung tutup insang paling belakang. Di bagian ini terdapat mulut, rahang, gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung.
2. Truncus (badan), yaitu bagian yang dimulai dari ujung tutup insang bagian belakang sampai dengan permulaan sirip anal. Di bagian ini terdapat sirip punggung, sirip dada, sirip perut, serta organ-organ seperti hati, empedu, lambung, usus, gonad, gelembung renang, ginjal, limpa.
3. Cauda (ekor), yaitu bagian yang dimulai dari permulaan sirip anal sampai dengan ujung sirip ekor bagian paling belakang. Di bagian ini terdapat anus, sirip anal, sirip ekor, dan beberapa terdapat scute dan finlet.
Bentuk tubuh ikan berkaitan erat dengan tempat dan cara hidup ikan. Umumnya, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral. Namun, beberapa ikan juga memiliki bentuk tubuh non-simetris bilateral seperti pada ikan langkau, dan ikan lidah. Bentuk tubuh simetris pada ikan dapat dibedakan seperti sebagai berikut (Helfman, 2009):
1. Fusiform (torpedo), yaitu bentuk yang sangat stream-line untuk bergerak dalam suatu medium tanpa mengalami banyak hambatan. Tinggi tubuh hamper sama dengan lebar tubuh, sedangkan panjangnya beberapa kali tinggi tubuh. Contohnya adalah ikan tongkol dan ikan cakalang.
2. Compressed (pipih), yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke samping, dimana tinggi badan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan tebal ke samping, contohnya adalah ikan kapas-kapas, dan ikan bawal hitam.
3. Depressed (picak), yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke bawah. Tinggi badan jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan tebal kea rah samping badan (lebar tubuh). Contohnya adalah ikan pare totol dan pare kelapa.
4. Anguiliform (sidat), bentuk tubuh ikan yang memanjang dengan penampang lintang yang agak silindris dan kecil serta pada bagian ujung meruncing. Contohnya adalah ikan belut dan ikan sidat.
5. Filiform atau bentuk tali yaitu bentuk tubuh yang menyerupai tali contohnya ikan pipa.
6. Taeniform, yaitu bentuk tubuh yang memanjang dan tipis menyerupai pita, contohnya ikan layur.
7. Sagittiform atau bentuh panah, bentuk tubuh ikan menyerupai anak panah.
8. Globiform, yaitu bentuk yang menyerupai bola contohnya ikan buntal.
9. Ostraciform yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai kotak contohnya adalah ikan toadfish.
Letak mulut pada ikan terdapat beberapa macam yaitu (Helfman, 2009):
1. Interior, letak mulut di bawah hidung, seperti ikan cucut.
2. Subterminal, letak mulut dekat ujung hidung agak ke bawah, missal ikan setuhuk putih.
3. Terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung, missal pada ikan mas.
4. Superior, yaitu mulut yang terletak di atas hidung, misalnya pada ikan julung-julung.
Sisik ikan menurut bentuknya dapat dibedakan atas beberapa tipe seperti berikut (Helfman, 2009):
1. Cosmoid, yaitu sisik yang terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah.
2. Placoid, sisik tonjolan kulit, banyak terdapat pada ikan kelas chondrichthyes.
3. Ganoid, sisik yang terdiri atas garam-garam ganoin, banyak terdapat pada ikan gologan actinoperygii.
4. Cycloid, berbentuk seperti lingkaran dan umumnya terdapat pada ikan berjari-jari sirip lemah atau malacopterygii.
5. Ctenoid, berbentuk sisir, yaitu pada ikan yang berjari-jari sirip keras seperti acanthopterygii.
Anggota gerak pada ikan berupa sirip-sirip. Ikan dapat bergerak dan berada pada posisi yang diinginkannya karena sirip. Sirip ikan ada yang berpasangan dan ada yang tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral), dan sirip perut (abdomen). Sementara sirip yang tidak berpasangan atau tunggal pada ikan adalah sirip punggung (dorsal), sirip dubur (anal), dan sirip ekor (caudal) (Ostrander, 2000).
Bagian caudal atau ekor ikan terdapat empat macam pembagian berdasarkan perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrata yaitu (Ostrander, 2000):
1. Protocercal, ujung belakang notochord atau vertebrata berakhir lurus pada ujung ekor, umumnya ditemukan pada ikan-ikan yang masih embrio dan ikan cyclostomata.
2. Heterocercal, ujung belakang notochord pada bagian ekor agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris, seperti ikan cucut.
3. Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok kea rah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari dalam tetapi terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar, seperti pada ikan teleosteri.
4. Diphycercal, ujung notochord lurus ke arah cauda sehingga sirip ekor terbagi secara simetris baik dari arah dalam maupun dari arah luar, terdapat pada ikan dipnoi.
Sirip ekor apabila dilihat dari bentuk luarnya, secara morfologis dapat dibedakan dalam beberapa bentuk yaitu (Ostrander, 2000):
1. Rounded (bundar), contohnya pada ikan kerapu bebek
2. Truncate (berpinggiran tegak), pada ikan tambangan
3. Pointed (meruncing), pada ikan sembilang
4. Wedge shape (bentuk baji), missal pada ikan gulamah
5. Emerginate (berpinggiran berlekuk tunggal), pada ikan lencam merah
6. Double emarginated (berpinggiran berlekuk ganda), pada ikan ketang-ketang
7. Forked (bercagak), ikan cipa-cipa
8. Lunate (bentuk sabit), ikan tuna mata besar
9. Epicercal (bagian daun sirip atau lebih besar), ikan cucut martil
10. Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), ikan terbang.
2.2 Sistem Organ Ikan
2.2.1 Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada semua jenis ikan pada dasarnya memiliki prinsip kerja yang sama. Walaupun ikan dibagi menjadi tiga jenis seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Fungsi dari sistem pencernaan ini adalah untuk penyerapan zat-zat gizi, sekresi hormon, kekebalan tubuh, menjaga homeostasis transfer air dan garam mineral dimana membutuhkan pengaturan energi dan pertukaran material antara lingkungan dan media internal ikan(Khojasteh, 2012).
Sistem pencernaan pada ikan melibatkan organ-organ berupa lambung, pyloric caeca, usus, liver dan kantong empedu, serta pancreas. Lambung ikan pada ikan herbivora dan karnivora memiliki perbedaan dalam hal ukuran dimana lambung karnivora lebih besar. Usus pada ikan dibagi menjadi usus besar dan usus halus, sementara pada liver dan kantong empedunya memiliki struktur yang sangat sederhana bila dibandingkan dengan mamalia (Khojasteh, 2012).
2.2.2 Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan pada ikan melibatkan organ penting seperti insang. Insang tersebut berfungsi sebagai mengatur pertukaran air dan garam dan melepas nitrogen sisa hasil metabolisme. Pertukaran oksigen merupakan tujuan dari adanya sistem pernafasan pada ikan. Proses pernafasan pada ikan menggunakan energi yang tinggi, dimana pertukaran gas terjadi pada bagian lamella sekunder dari insang dan sangat efisien (Brian dkk., 2012).
2.2.3 Sistem Eksresi
Insang pada ikan selain berfungsi sebagai organ pernafasan juga salah satu organ ekskretori utama. Hal tersebut dapat ditandai dari fungsi insang yang dapat mengeluarkan mayoritas ammonia sedangkan sisanya dari ginjal. Ekskresi dari sisa metabolisme hampir sama untuk semua jenis ikan, namun ginjal dan insang ikan pada ikan air tawar dan ikan air laut memiliki peran yang sangat berbeda. Ikan air tawar bersifat hipertonik dibandingkan dengan lingkungan sehingga konsekuensinya, air terus memasuki tubuh ikan melalui insang(Brian dkk., 2012).
2.2.3 Sistem Peredaran Darah
Ikan memiliki ruang jantung yang terdiri dari dua bagian yaitu satu atrium dan satu ventrikel. Jantung ikan terdiri dari 4 bilik yaitu sinus venosis, atrium, ventrikel, dan elastic bulbus arteoriosis. Sirkulasi darah mengalir dari jantung ke ventral aorta, ke arteri branchiar afferen ke insang untuk oksigenasi, dan berlangsung melalui arteri afferent arteries ke dorsal aorta. Bilik jantung disusun secara linear dan darah bersirkulasi dalam jalur peredaran darah tunggal. Jantung dapat diproses untuk mengeluarkan darah (Brian dkk., 2012).
1.2.5 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan nila termasuk dalam genus ikan yang dapat hidup dalam kondisi lingkungan dengan toleransi tinggi terhadap kualitas air yang rendah. Tubuh ikan nila berbentuk panjang dan ramping dengan warna kemerahan, ikan nila memiliki kemiripan dengan ikan mujair, namun perbedaannya adalah punggung ikan nila lebih tinggi dan lebih tebal. Selain itu, pada ikan nila terdapat garis-garis ke arah vertical disepanjang tubuh yang lebih jelas dibandingkan badan sirip ekor dan sirip punggung (Suyanto, 2010).
Mulut ikan nila bertipe terminal, bentuk sisiknya stenoid dengan jumlah sisik pada gurat sisi 34 buah. Garis rusuk ikan nila terputus menjadi dua bagian dan letaknya memanjang dari atas sirip dan dada. Sisik ikan nila tersusun seperti genteng rumah, bagian muka sisik menutupi sisik yang lain (Suyanto, 2010).
3.3.1 Inspectio
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengamatan inspectio adalah meletakkan ikan nila di atas nampan. Selanjutnya diamati ikan nila tersebut dan digambar struktur morfologinya dengan detail dan sebaik mungkin. Selanjutnya hasil gambar diberikan keterangan dan dibedakan bagian-bagian caput, truncus, dan caudanya. Selanjutnya dilakukan identifikasi jenis sisik dan sirip-sirip yang dimilikinya.
3.3.2 Sectio
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pengamatan sectio adalah memegang ikan nila yang tadi diletakkan di atas nampan dengan posisi dorsum yang dipegang. Selanjutnya dilakukan seksi menggunakan gunting secara longitudinal dari anus hingga ventral apparatus opercularis. Selanjutnya dilakukan seksi ke arah dorsal dari ujung dan pangkal pemotongan longitudinal. Ikan nila kembali diletakkan di atas nampan dan difiksasi dengan jarum pada bagian dorsum, venter, dan cauda. Bagian dinding daging yang dibuka dipegang menggunakan pinset untuk selanjutnya digambar struktur anatomi ikan nila tersebut dan diberi keterangan. Ditentukan fungsi-fungsi masing-masing organ dalam tubuh ikan.
4.2.2 Perbedaan Morfologi Ikan Nila Jantan dan Betina
Jenis kelamin pada ikan nila dapat dibedakan dengan melihat pada bagian urogenital papillae. Pada betina, terdapat dua lubang sedangkan pada jantan terdapat 1 lubang. Selain dibedakan dari jumlah lubang pada urogenital papillae tersebut, dapat juga dilihat dari cirri-ciri yang dapat menjadi pembeda antara ikan nila jantan dan ikan nila betina yaitu sebagai berikut (Suyanto, 2010):
1. Sisik jantan lebih besar dan lebih keras dibandingkan dengan betina
2. Pada jantan, alat kelamin berupa satu lubang di papilla yang fungsinya adalah sebagai muara urin dan sperma.
3. Pada betina, alat kelamin terdiri dari dua lubang pada papilla, salah satu lubang sebagai muara urin dan lubang lainnya sebagai saluran telur.
4. Sisik di bagian bawah dagu dan perut jantan berwarna gelap, sedangkan pada betina berwarna putih/ cerah.
4.2.3 Tipe Mulut, Ekor, dan Sisik Ikan
Letak mulut pada ikan terdapat beberapa macam yaitu (Helfman, 2009):
1. Interior, letak mulut di bawah hidung, seperti ikan cucut.
2. Subterminal, letak mulut dekat ujung hidung agak ke bawah, missal ikan setuhuk putih.
3. Terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung, missal pada ikan mas.
4. Superior, yaitu mulut yang terletak di atas hidung, misalnya pada ikan julung-julung.
Bagian caudal atau ekor ikan terdapat empat macam pembagian berdasarkan perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrata yaitu (Ostrander, 2000):
1. Protocercal, ujung belakang notochord atau vertebrata berakhir lurus pada ujung ekor, umumnya ditemukan pada ikan-ikan yang masih embrio dan ikan cyclostomata.
2. Heterocercal, ujung belakang notochord pada bagian ekor agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris, seperti ikan cucut.
3. Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok kea rah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari dalam tetapi terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar, seperti pada ikan teleostei.
4. Diphycercal, ujung notochord lurus ke arah cauda sehingga sirip ekor terbagi secara simetris baik dari arah dalam maupun dari arah luar, terdapat pada ikan dipnoi.
Sirip ekor apabila dilihat dari bentuk luarnya, secara morfologis dapat dibedakan dalam beberapa bentuk yaitu (Ostrander, 2000):
1. Rounded (bundar), contohnya pada ikan kerapu bebek
2. Truncate (berpinggiran tegak), pada ikan tambangan
3. Pointed (meruncing), pada ikan sembilang
4. Wedge shape (bentuk baji), missal pada ikan gulamah
5. Emerginate (berpinggiran berlekuk tunggal), pada ikan lencam merah
6. Double emarginated (berpinggiran berlekuk ganda), pada ikan ketang-ketang
7. Forked (bercagak), ikan cipa-cipa
8. Lunate (bentuk sabit), ikan tuna mata besar
9. Epicercal (bagian daun sirip atau lebih besar), ikan cucut martil
10. Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), ikan terbang.
Sisik ikan menurut bentuknya dapat dibedakan atas beberapa tipe seperti berikut (Helfman, 2009):
1. Cosmoid, yaitu sisik yang terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah.
2. Placoid, sisik tonjolan kulit, banyak terdapat pada ikan kelas chondrichthyes.
3. Ganoid, sisik yang terdiri atas garam-garam ganoin, banyak terdapat pada ikan gologan actinoperygii.
4. Cycloid, berbentuk seperti lingkaran dan umumnya terdapat pada ikan berjari-jari sirip lemah atau malacopterygii.
5. Ctenoid, berbentuk sisir, yaitu pada ikan yang berjari-jari sirip keras seperti acanthopterygi
DAFTAR PUSTAKA
Brian Eddy, F. Brian Eddy, Richard D. Handy. 2012. Ecological
and Environmental Physiology of Fishes. Oxford
University Press: London
Helfman Gene , Bruce B. Collette, Douglas E. Facey, Brian W.
Bowen. 2009. The Diversity of Fishes. John Wiley & Sons: UK
Khojasteh , Seyed Mahdi Banan.2012. The morphology of the
post-gastric alimentary canal in teleost fishes: a brief
review. International Journal of Aquatic Science. Vol 3(2):
71-88
Ostrander , Gary Kent. 2000. The Laboratory Fish. Elsevier:
London.
Suyanto, Rachmatun S. 2010. Pembenihan dan Pembesaran
Nila. Penebar Swadaya: Jakarta
i.
Komentar