Langsung ke konten utama

Resume Jurnal: Peran Penting Vegetasi dan Diversitas Tumbuhan pada Pengurangan CO2 di Atmosfer dan Pengaruhnya terhadap Pembangunan Berkelanjutan

Biodiversitas merupakan hal utama yang dapat mempengaruhi adanya perubahan iklim di bumi. Hal tersebut dibuktikan dengan dimana penggunaan tanah yang awalnya berupa biodiversitas misal kebanyakan berupa hutan apabila dialih fungsikan menjadi lahan untuk kebutuhan lain misal perumahan ataupun pertanian dapat memicu terjadinya emisi gas rumah kaca. Contoh nyatanya adalah hutan yang berfungsi sebagai alat untuk mengurangi CO2 di atmosfer apabila ditebang ataupun dibakar akan langsung melepas CO2 dalam jumlah besar ke atmosfer (Reid dan Swiderska, 2008).  
            Semua hal yang membuat hutan sebagai media biodiversitas paling tinggi mengalami kerusakan dapat berdampak pada peningkatan pelepasan gas rumah kaca di atmosfer sehingga terjadi perubahan iklim. Karena hal tersebut maka mengkonservasi atau menyelamatkan biodiversitas dalam hutan menjadi suatu hal yang sangat penting untuk membantu mitigasi perubahan iklim. Sementara itu, untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim yang telah terjadi maka dibuat sebuah solusi agar manusia tetap dapat melangsungkan kehidupannya. Salah satu contoh nyata adalah petani di India yang mulai bertani dengan cara penanaman varietas-varietas tanaman baru dengan cara yang inovatif dan mencoba-coba berdasarkan pengamatan dan experiment di lapangan yang suhunya semakin panas sehingga butuh keterampilan dan perubahan cara bertanam agar tidak mengalami kegagalan panen. Hal tersebut dilakukan secara alami dan memperhatikan biodiversitas termasuk biodiversitas tingkat gen untuk proses adaptasinya. Selain itu juga hal penting lainnya adalah menyelamatkan ekosistem yang masih ada dan khususnya vegetasi tumbuhan karena perannya sangat besar (Reid dan Swiderska, 2008).
            Vegetasi dapat membantu melindungi lahan pertanian dari genangan air apabila hujan berlebihan ataupun menahan adanya erosi tanah karena vegetasi dapat memperlambat laju air ke tempat yang lebih rendah sehingga otomatis mencegah erosi dan banjir. Vegetasi tumbuhan juga dapat membantu pengikatan carbon sehingga mengurangi terjadinya peningkatan emisi CO2 di atmosfer yang merupakan penyebab perubahan iklim. Hal tersebut menunjukkan bahwa konservasi vegetasi tumbuhan mempunyai peran penting dalam pencegahan perubahan iklim. Vegetasi tumbuhan khususnya dalam bentuk hutan harus dilindungi dan dibuat area terlarang sehingga siapapun yang merusaknya diberikan sanksi yang sangat besar, selain hanya melindungi hutan yang masih ada, upaya pencegahan perubahan iklim dengan mengurangi jumlah emisi gas CO2 di atmosfer juga dapat dilakukan dengan penghijauan atau pembuatan vegetasi tumbuhan baru misal hutan sekunder atau hutan buatan lainnya dimana lebih banyak vegetasi tumbuhan maka kadar CO2 di atmosfer diharapkan dapat berkurang (Reid dan Swiderska, 2008).
            Cara terbaik untuk mengetahui hubungan antara diversitas dan fungsi ekosistem tumbuhan maka lebih baik dilakukan pengelompokan jenis tumbuhan berdasarkan tipe fungsinya misalnya jenis kanopi dan palem (Ruiz-Jaen dan Potvin, 2010). Menjaga kayumati sama baiknya dengan melindungi pohon besar atau tua dalam hal keduanya mempertahankan biodiversitas dan stok CO2 di atmosfer. Sementara itu penggunaan pupuk nitrogen untuk pertumbuhan hutan dan pengikatan karbon di atmosfer merupakan suatu kesalahan besar karena hal tersebut dapat mencemari udara dengan deposisi nitrogen yang selanjutnya akan meningkatkan eutrofikasi ekosistem hutan dimana tanaman yang tumbuh kebanyakan merupakan spesies tumbuhan nitrophilous sementara vegetasi diversitas spesiesnya rata-rata mengalami penurunan (Larsson dkk., 2007).


Daftar Pustaka
Larsson, T-B., A. Barbati., J. Bauhus., J. Van Brusselen., M. Lindner., M. Marchetti., B.
            Petriccione., dan H. Petersson. 2007. The Role of Forests in Carbon Cycles,
            Sequestration, and Storage. Newsletter issue 5: Climate Change Mitigation, Forest
            Management and Effects on Biological Diversity.
Reid, H., dan Krystyna Swiderska. 2008. Biodiversity, climate change and poverty: exploring
            the links an IIED Briefing. International Institute for Environment and Development.
Ruiz-Jaen, M., dan Catherine Potvin. 2010. Tree Diversity Explains Variation in Ecosystem

            Function in a Neotropical Forest in Panama. Biotropica. 42 (6): 638-646.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKNIK PEWARNAAN MOLD DAN YEAST

1.1   Latar Belakang Mikroba terdiri dari bakteri, fungi, protozoa, dan alga. Proses identifikasi untuk jenis-jenis mikroba tersebut cenderung berbeda karena struktur penyusun selnya juga berbeda. Fungi dibagi lagi menjadi mold (kapang) dan yeast (khamir), lichen , dan mikorhiza (Campbell dkk., 2003 ). Mold adalah fungi yang bersifat multisesluler dan memiliki kemampuan tumbuh dengan cepat dan bereproduksi cenderung secara aseksual. Perbedaan mold dan yeast adalah jumlah selnya, dimana sel yeast masih termasuk uniseluler sehingga strukturnya lebih sederhana dibandingkan dengan mold . Yeast di alam dapat ditemukan di tempat yang cair dan lembab seperti getah pohon dan jaringan hewan (Campbell dkk., 2003). Identifikasi mold untuk proses klasifikasi dapat dilakukan dengan cara melihat ciri-ciri morfologis struktur dari spora baik aseksual maupun seksualnya, sementara yeast dapat dilakukan dengan cara melihat ciri fisiologis dan adanya reaksi-reaksi biokimia di dalam sel...

IDENTIFIKASI BAKTERI MENGGUNAKAN UJI BIOKIMIA

1.1   Latar Belakang       Bakteri merupakan makhluk hidup, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kenyataan bahwa bakteri dapat bermetabolisme. Metabolisme yang dilakukan oleh bakteri dimaksudkan untuk menunjang kebutuhan hidup bakteri dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Metabolisme pada bakteri sama dengan metabolisme pada makhluk hidup tingkat tinggi yang terdiri dari proses anabolisme dan katabolisme (Campbell dkk., 2002).       Metabolisme pada bakteri dapat dilakukan dengan bantuan enzim – enzim tertentu yang diekskresikan oleh suatu jenis bakteri. Namun, tidak semua bakteri dapat melakukan produksi enzim yang jenisnya sama. Hal tersebut terjadi akibat perbedaan habitat beberapa jenis bakteri sehingga otomatis jenis enzim yang dibutuhkan untuk membantu proses metabolismenyapun berbeda bergantung habitat dan fungsinya (Campbell dkk., 2002).       Perbedaan jenis enzim yang diproduksi oleh...

Biologi Sel: Fraksinasi dan Analisa Komponen Seluler

1.1      Dasar Teori Sel meru pakan struktur dasar dari makhluk hidup yang paling kecil tetapi sudah kompleks dan fungsional. Tubuh dari makhluk hidup kecuali virus, memiliki organisasi sel yang terdiri dari banyak sel. Makhluk hidup yang hanya memiliki satu sel disebut sebagai uniseluler, contohnya adalah bakteri. Sementara itu, makhluk hidup yang memiliki banyak sel disebut sebagai makhluk hidup multiseluler(Chauhan,2008). Ti pe dari sel menjadi dasar pembagian sel secara prokariotik dan eukariotik. Prokariotik merupakan sel yang sangat primitif dan memiliki struktur internal yang sederhana. Hal tersebut dikarenakan sel prokariotik yang tidak dilengkapi dengan nukleus atau membran terikat lainnya, struktur internal sel prokariotik hanya terdiri atas dinding sel, membran plasma, sitosol, ruang kosong, ER, ribosom, dan penyimpanan granula. Sementara itu, eukariotik memiliki struktur internal sel yang lebih kompleks. Protoplasma pada sel prokariotik banyak meng...