Langsung ke konten utama

Indera Penglihatan dan Persepsi

1.1  Latar Belakang
Manusia pada dasarnya mempunyai alat sensor yang
dapat mendeteksi adanya bau, rasa, cahaya/gambar, halus/kasar, dan bunyi yang dikenal sebagai indera. Indera pada manusia berjumlah lima sehingga disebut sebagai panca indera. Kelima panca indera pada manusia ini antara lain adalah indera penglihatan, indera penciuman, indera pengecapan, indera peraba, dan indera pendengaran, dimana kelimanya bekerja secara spesifik(Surya, 2009).
      Indera penglihatan merupakan indera pada manusia yang bertugas untuk dapat membentuk suatu gambar dari benda yang terlihat. Suatu gambar yang terbentuk tersebut dapat dipengaruhi oleh gelap terangnya atau cahaya suatu tempat, karena pada dasarnya pembentukan gambar terjadi akibat proses pemantulan cahaya(Surya, 2009).Praktikum ini penting untuk dilakukan karena dapat membantu praktikan untuk menambah wawasan tentang mekanisme terjadinya pembentukan gambar yang terjadi dalam indera penglihatan pada manusia.
                                                                                  
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka dapat dibuat beberapa rumusan masalah seperti sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah keadaan kesehatan mata dilihat dari pemeriksaan bintik buta mata?
2.    Bagaimanakah mekanisme kerja dan peran pupil dalam menanggapi rangsangan cahaya?
3.    Bagaimanakah dampak dari perubahan bentuk lensa terhadap penglihatan?
4.    Bagaimanakah cara mengetahui batas konvergensi pada setiap probandus?
5.    Bagaimanakah cara mengetahui respon dari adanya warna yang sensitive terhadap sel batang dan sel kerucut pada setiap jenis probandus?
6.    Bagaimanakah cara mengetahui adanya buta warna dan fenomena purkinje pada setiap probandus?
7.    Bagaimanakah kemampuan mata untuk dapat beradaptasi pada situasi tertentu?
8.    Bagaimanakah respon mata ketika melihat warna yang bergerak?
9.    Bagaimanakah cara mengetahui daya akomodasi mata?

1.3  Tujuan Praktikum
Tujuan-tujuan yang diharapkan dapat dipenuhi setelah menyelesaikan praktikum ini, antara lain adalah:
1.    Mengetahui keadaan kesehatan mata dilihat dari pemeriksaan bintik buta pada mata.
2.    Mengetahui mekanisme kerja dan peran pupil dalam menanggapi rangsangan cahaya.
3.    Mengetahui dampak dari perubahan bentuk lensa terhadap penglihatan.
4.    Mengetahui cara untuk menentukan batas konvergensi pada setiap probandus.
5.    Mengetahui cara mendeteksi respon dari adanya warna yang sensitive terhadap sel batang dan sel kerucut pada setiap jenis probandus.
6.    Mengetahui adanya buta warna dan fenomena purkinje pada setiap probandus.
7.    Mengetahui kemampuan mata untuk dapat beradaptasi pada situasi tertentu.
8.    Mengetahui respon mata ketika melihat warna yang bergerak.
9.    Mengetahui cara menentukan daya akomodasi pada mata.

1.4  Manfaat Praktikum

Praktikum tentang indera penglihatan dan persepsi ini memiliki manfaat penting setelah penyelesaiannya. Manfaat pertama adalah dapat menerapkan sistem kerja tim yang sangat bermanfaat. Kedua, dapat menerapkan sifat menghargai dan berterima kasih pada probandus yang telah menjadi media bertambahnya wawasan tentang indera penglihatan. Terakhir, mendapatkan ilmu terapan untuk mendeteksi keadaan indera penglihatan berupa mata.

1.1  Indera Penglihatan (Mata)
Indera penglihatan yang berupa mata merupakan indera
yang berfungsi untuk membentuk suatu gambar sehingga, manusia dapat melihat obyek tertentu. Mata atau bola mata bekerja seperti kamera, dimana di dalamnya terdapat lensa yang dapat menghasilkan gambar dari suatu obyek yang dilihat oleh mata. Gambar yang terbentuk akan jatuh di atas membran retina dimana sel-sel pada retina mengkonversikan cahaya gambar menjadi impuls saraf yang akan melalui saraf optik dan bagian-bagian lainnya dalam jalur penglihatan untuk mencapai tujuan area penglihatan dalam korteks serebral(Ashalatha dan Deepa, 2012).
      Struktur dari anatomi mata(Gambar 1.), dimana pada dinding mata terbentuk oleh lapisan sebanyak tiga lapis yaitu: sklera, koroid, dan retina. Berdasarkan tiga lapisan tersebut, mata memiliki beberapa bagian yang berperan sangat penting terhadap mekanisme penglihatan yaitu sebagai berikut (Rizzo, 2012):
1.    Sklera merupakan lapisan terluar berwarna putih, lapisan yang keras yang terbentuk dari jaringan ikat kolagen.
2.    Kornea adalah bagian transparan dalam sklera yang berfungsi untuk memberikan cahaya jalan masuk ke dalam mata.
3.    Koroid merupakan lapisan kedua yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel pigmen. Warna koroid adalah hitam dan berfungsi untuk menyerap cahaya untuk mencegah refleksi cahaya yang dapat merusak mata.
4.    Retina merupakan lapisan paling dalam dari mata. Retina banyak mengandut sel-sel yang sensitive dengan cahaya, yaitu  sel batang dan sel kerucut.
5.    Tubuh ciliary menahan agar lensa tetap keras, bikonkaf, dan transparan.
6.    Iris merupakan bagian mata yang berwarna, dimana letaknya mengelilingi pupil. Fungsinya adalah mengatur  banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam pupil.
7.    Bagian dalam mata dibagi menjadi dua ruang yang terisi dengan fluida atau cairan. Bagian ruang anterior terisi dengan cairan aqueous humor, sedangkan bagian ruang posterior terisi dengan vitreous humor. Cairan-cairan fluida tersebut membantu mempertahankan tekanan penglihatan, bentang cahaya, dan menahan agar retina dan lensa tetap pada tempat yang sama.

1.2  Blind Spot atau Bintik Buta
      Fungsi dari mata adalah untuk menerima cahaya dan meneruskannya menuju sistem saraf yang disebut sebagai reseptor yang terletak di belakang mata yaitu retina. Suatu tempat di dalam retina dimana pada bagian akhir dari saraf pembentukan sel batang dan sel kerucut, saraf penglihatan dan pembuluh darah menyatu dengan retina dan disebut sebagai bintik buta. Bintik buta disebut seperti itu karena pada bintik buta yang terletak di batas retina tidak memiliki sel yang sensitive terhadap cahaya, sehingga bagian mata tersebut tidak dapat menerima cahaya(Bogdashina, 2003).


1.3  Fenomena Entoptic pada Pupil
        Pupil merupakan jalan masuknya cahaya ke dalam mata, dimana di pupil terdapat iris yang berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam mata. Mengetahui mekanisme kerja dan peran dari pupil dalam menanggapi rangsangan cahaya yang masuk membutuhkan suatu metode yang disebut sebagai metode entoptic. Metode entoptic memiliki prinsip kerja bahwa sebuah titik dari sumber cahaya apabil dibawa mendekati mata, maka akan menghasilkan lingkaran blur atau buram dalam retina yang dibatasi oleh tepi pupil, dan dimana dua titik cahaya akan membentuk dua lingkaran dan ukuran pupil sama dengan jarak antara cahaya-cahaya tersebut ketika lingkaran blur atau buram tersentuh(Adrian, 2003).

1.4  Astigmatisma
        Astigmatisma merupakan jenis cacat mata dimana keadaan terjadi ketika kornea tidak sferis (tidak berbentuk sebagai bagian bola), tetapi lebih lengkung di satu sisi dibandingkan dengan sisi yang lainnya. Jarak focus yang dimiliki mata astigmatisma berbeda untuk sinar-sinar dari sisi satu dengan sisi yang lainnya. Astigmatisma dapat diatasi dengan menggunakan lensa silinder yaitu lensa yang melengkung pada satu arah tapi tidak pada arah yang tegak lurus. Lensa silinder akan mengumpulkan atau menyebarkan sinar pada satu arah saja tanpa mempengaruhi arah yang lain(Gambar 2.)(Surya, 2009).

1.3  Batas Konvergensi
        Konvergensi merupakan gerakan disjugasi dimana kedua bola mata berotasi ke dalam sehingga garis dari perpotongan penglihatan jatuh tepat di hadapan mata. Konevergensi terjadi lebih atau kurang dalam jumlah yang sama dalam kehidupan, hal tersebut tidak menjadi semakin buruk seiring dengan bertambahnya usia seperti daya akomodasi, tapi bisa memburuk akibat kondisi abnormal tertentu. Konvergensi merupakan proses yang sangat kompleks dan batas konvergensi bisa ditingkatkan dengan cara melakukan latihan-latihan seperti olahraga(Khurana, 2008).

1.4  Gelap-Terang Sel Batang-Sel Kerucut
        Retina merupakan bagian mata yang terletak pada lapisan paling dalam dan mengandung banyak sel yang sensitive terhadap cahaya yaitu sel batang dan sel kerucut. Kedua sel tersebut memiliki dua fungsi yang saling berhubungan dalam sensitivitasnya terhadap cahaya. Sel batang sensitive terhadap cahaya yang kurang atau remang, sedangkan sel kerucut sensitive terhadap cahaya yang banyak atau terang. Sel batang dan sel kerucut melakukan sinapsis dengan sel sensorik bipolar dari retina. Sel-sel ini bersinapsis dengan saraf penglihatan, yang akan diteruskan menuju thalamus pada otak untuk bersinapsis dengan korteks visual dari lobus oksipital dalam cerebrum untuk interpretasi(Rizzo, 2012).

1.7 Buta Warna dan Fenomena Purkinje
        Abnormalitas pada mata yang terjadi dapat berhubungan dengan warna, ukuran, lokasi, dan bentuk obyek yang diamati oleh mata. Abnormalitas buta warna merupakan abnormalitas mata yang berhubungan dengan warna,  dimana orang buta warna tidak dapat mengetahui perbedaan antara warna-warna. Abnormalitas mata jenis ini dapat disebabkan karena ketidak mampuan sel-sel kerucut pada retina mata untuk menangkap spectrum warna tertentu sehingga obyek yang terlihat bukan warna sesungguhnya(Ilyas, 2008).
        Buta warna dibagi menjadi empat macam yaitu antara lain sebagai berikut(Ilyas,2008):
1.    Trikromat, dapat membedakan tiga macam warna primer yaitu merah, hijau, dan biru.
2.    Dikromat, dapat membedakan dua komponen warna dan mengalami kerusakan pada satu jenis pigmen warna sel kerucut.
3.    Monokromat, terdapat kerusakan pada dua pigmen warna sel kerucut sehingga hanya mampu melihat satu komponen pigmen warna saja.
4.    Akromatopsia, abnormalitas pada semua komponen pigmen warna sel kerucut sehingga tidak dapat mengenali warna.

Fenomena pergeseran purkinje terjadi akibat dari variasi
kepekaan yang berbeda antara sel batang dan sel kerucut. Akibatnya, pada malam hari, sinar biru-hijau terlihat lebih terang dibandingkan dengan sinar merah.  Teori  purkinje tentang bayangan menjelaskan bahwa,”Apabila seseorang melihat benda maka akan terjadi tiga bayangan pada mata, bayangan pertama dibuat oleh kornea, bayangan kedua oleh lensa kristalina sebelah depan, dan bayangan belakang oleh lensa kristalina sebelah belakang. Bayangan kedua lebih besar dibandingkan dengan bayangan pertama. Sedangkan bayangan ketiga lebih kecil dan terbalik.”(Ilyas, 2008).

1.8 Daya Akomodasi Mata
      Akomodasi merupakan proses penyesuaian otomatis pada lensa untuk memfokuskan obyek secara jelas pada jarak yang beragam. Daya akomodasi merupakan suatu reflex yang tidak disadari pada mata yang bekerja secara otomatis. Daya akomodasi akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia akibat terjadinya penurunan elastisitas lensa yang tidak dapat meninjol ke luar lagi sebanyak di usia muda, dimana kondisi tersebut disebut sebagai presbiopia dan diatasi dengan lensa bifocal(Ilyas, 2008).

1.9  Abnormalitas Mata Akibat Defek Visual
      Abnormalitas mata yang sering terjadi berupa rabun dekat atau hipermetropia dan rabun jauh atau miopia. Rabun dekat disebabkan karena bola mata yang memiliki daya refraktif terlalu panjang atau sistem lensa yang terlalu kuat sehingga focus bayangan jatuh pada titik di depan retina, untuk mengatasinya digunakan kacamata berlensa konkaf. Rabun jauh disebabkan karena bola mata dengan sistem lensa yang terlalu pendek atau terlalu lemah mengakibatkan bayangan jatuh di belakang retina, sehingga penglihatan buram terhadap obyek yang berjarak dekat, diatasi dengan menggunakan kacamata lensa konveks(Ilyas, 2008).

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Bintik Buta
            Langkah pertama yang dilakukan adalah mata sebelah kiri probandus ditutup dengan tangan. Probandus diminta untuk memperhatikan gambar peraga blind spot hingga berjalan mendekati probandus. Pendekatan dilakukan hingga salah satu gambar pada peraga berupa bintang atau bulan tidak terlihat lagi. Jarak diukur ketika salah satu gambar hilang.

3.3.2 Perimbangan Entoptic pada Pupil
            Langkah pertama adalah diafragma dutempelkan pada sebelah muka dari kacamata terbuka dan sebelah lainnya dibiarkan terbuka. Kacamata dipakaikan ke probandus dan diperhatikan permukaan selembar kertas putih melingkar. Tangan yang menutupi kacamata dilepaskan dan diperhatikan titik terang yang diamati. Dilihat perubahan diskus yang terang apabila mata satunya ditutup kembali.  

3.3.3 Astigmatisma
            Langkah pertama adalah probandus diminta untuk melihat gambar disksus berupa bulatan, lalu ditanyakan apa yang terlihat benar-benar garis lingkaran yang gelap. Selanjutnya ditanyakan ukurannya sama besar atau tidak. Diminta membandingkan dengan mata tertutup untuk salah satu mata. Selanjutnya diminta untuk mengamati gambar X dan digerakkan hingga menjadi gambar +, bagaimana perbedaan ketebalan atau warna garis yang dilihat, probandus ditanya.                             

3.3.4 Batas Konvergensi
      Langkah pertama adalah, sampel cetakan diambil dengan tangan kanan dan diletakkan di depan muka probandus dan diamati dengan teliti. Digerakkan mendekati hidung hingga bersentuhan dan dijelaskan apa yang terjadi.
     
3.3.5 Kedalam Persepsi Terang
      Langkah pertama yang dilakukan adalah filter biru dimasukkan ke dalam kacamata sebelah kanan dan filter merah sebelah kiri. Selanjutnya sampel diamati oleh probandus dengan menggunakan kacamata. Selanjutnya, dilakukan pengamatan pada sebuah gambar cetakan dan selanjutnya posisi filter dibalik dan dilakukan kembali pengamatan pada gambar cetakan yang sama dan hasilnya dicatat.
     
3.3.6 Buta Warna dan Fenomena Purkinje
      Langkah yang harus dilakukan adalah pertama menebak angka, huruf, atau symbol pada peraga berupa total colour blindness 17. Selanjutnya, probandus menggunakan kacamata yang telah diberikan filter abu-abu sebelumnya sebanyak 7 filter. Kacamata digunakan dalam waktu 5 menit, selanjutnya dilakukan pelepasan filter hingga probandus dapat melihat sampel warna dengan jelas. Probandus diminta untuk menebak sisi dari sampel bagian mana yang terlihat terang dan juga sisi dari sampel bagian mana yang terlihat gelap.

3.3.7 Efek Setelah Melihat Warna
            Langkah pertama adalah probandus diminta untuk memperhatikan sebuah gambar berwarna difokuskan pada titik hitam yang terletak ditengah-tengah antara warna-warna selama kurang lebih 30 detik. Mata dipindahkan ke fokus titik hitam pada selembar kertas putih dan diperhatikan dan dicatat perubahan warna yang terjadi.
       

3.3.8 Pola Akibat Getaran Warna
            Langkah pertama yang dilakukan adalah gambar peraga ditempelkan pada motor penggerak selanjutnya motor penggerak dihidupkan dengan kecepatan pelan hingga sedang. Putaran-putaran yang terlihat harus diperhatikan dengan jarak 1-2 m dari tempat motor penggerak. Kecepatan putaran diatur hingga terjadi perbedaan lingkaran.       

3.3.9 Gerakan Akibat Hasil Kerja
      Langkah pertama yang harus dilakukan adalah probandus diminta untuk memperhatikan gambar peraga dalam putaran lambat dan diawasi dalam jarak 1-2m. Selanjutnya pusat pergerakan cakram diperhatikan dalam waktu 30 detik atau lebih. Selanjutnya dilakukan observasi dengan melihat hidup teman probandus dan dicatat apa yang terjadi. Percobaan diulangi dengan putaran yang arahnya berlawanan.

1.2.10 Jenis-jenis Buta Warna
        Abnormalitas pada mata yang terjadi dapat berhubungan dengan warna, ukuran, lokasi, dan bentuk obyek yang diamati oleh mata. Abnormalitas buta warna merupakan abnormalitas mata yang berhubungan dengan warna,  dimana orang buta warna tidak dapat mengetahui perbedaan antara warna-warna. Abnormalitas mata jenis ini dapat disebabkan karena ketidak mampuan sel-sel kerucut pada retina mata untuk menangkap spectrum warna tertentu sehingga obyek yang terlihat bukan warna sesungguhnya(Ilyas, 2008).
        Buta warna dibagi menjadi empat macam yaitu antara lain sebagai berikut(Ilyas,2008):
1.    Trikromat, dapat membedakan tiga macam warna primer yaitu merah, hijau, dan biru.
2.    Dikromat, dapat membedakan dua komponen warna dan mengalami kerusakan pada satu jenis pigmen warna sel kerucut.
3.    Monokromat, terdapat kerusakan pada dua pigmen warna sel kerucut sehingga hanya mampu melihat satu komponen pigmen warna saja.
4.    Akromatopsia, abnormalitas pada semua komponen pigmen warna sel kerucut sehingga tidak dapat mengenali warna.

1.2.11 Sel Kerucut dan Sel Batang
            Retina merupakan bagian mata yang terletak pada lapisan paling dalam dan mengandung banyak sel yang sensitive terhadap cahaya yaitu sel batang dan sel kerucut. Kedua sel tersebut memiliki dua fungsi yang saling berhubungan dalam sensitivitasnya terhadap cahaya sehingga sel ini yang berperan dalam mengenali warna komplementer seperti merah, hijau, dan biru. Sel batang sensitive terhadap cahaya yang kurang atau remang, sedangkan sel kerucut sensitive terhadap cahaya yang banyak atau terang. Sel batang dan sel kerucut melakukan sinapsis dengan sel sensorik bipolar dari retina. Sel-sel ini bersinapsis dengan saraf penglihatan, yang akan diteruskan menuju thalamus pada otak untuk bersinapsis dengan korteks visual dari lobus oksipital dalam cerebrum untuk interpretasi(Rizzo, 2012).

1.2.12 Mekanisme Manusia dapat Membedakan Obyek
      Manusia memiliki reseptor penglihatan pada indera matanya. Reseptor tersebut merupakan sel-sel conus atau kerucut dan basilus atau batang yang terletak di bagian retina mata. Pada retina, dikenal dua mekanisme yang disebut sebagai Teori Duplisitas yaitu:
1.    Penglihatan photop, yaitu mengatur penglihatan sinar pada siang hari dan warna dengan sel kerucut.
2.    Penglihatan scotop, yaitu mekanisme mengatur penglihatan pada waktu senja atau malam hari dengan sel batang.
      Manusia dapat melihat karena adanya jalan impuls di mata, dimana dimulai dari adanya rangsangan yang berupa sinar atau cahaya yang diterima oleh reseptor pada mata. Selanjutnya impuls yang diterima oleh sel kerucut dan batang akan diteruskan melalui neuritnya menuju sel neruron yang berbentuk sel bipolar dan akhirnya berpindah ke neuron yang berbentuk multipoler. Neurit selanjutnya akan meninggalkan retina dan membentuk nervus opticus, dimana kedua nervus opticusdi bawah hipotalamus akan saling menyilang dan membentuk chiasma nervus opticus. Tractus opticus sebagia berakhir di colliculus superior, dan sebagian lagi pada corpus geneculatum lateral yang membentuk neuron baru yang pergi ke korteks pada dinding fissure calcarina melalui membrane capsula interna. Pusat penglihatan sehingga manusia dapat membedakan obyek inilah yang terdapat pada dinding fisura calcarina(Gunadarma, 2014).

1.2.13 Faktor yang Mempengaruhi Penglihatan
            Manusia memiliki penglihatan yang berbeda atau bervariasi seperti pada probandus yang telah diujikan dalam praktikum ini dapat dipengaruhi oleh ketajama penglihatan pada matanya. Ketajaman penglihatan dapat diistilahkan sebagai visus. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan visus adalah sebagai berikut(Gunadarma, 2014):
a.    Sifat fisis mata, yaitu ada tidaknya aberasi(kegagalan sinar untuk berkonvergensi atau bertemu di satu titik fokus setelah melewati suatu sistem optic), sifat fisik ini dapat dilihat dari besarnya pupil, komposisi cahaya, fiksasi obyek, dan mekanisme akomodasinya dengan elastisitas musculus ciliarisnya .
b.    Faktor Stimulus, yaitu faktor akibat kontras atau terbentuknya bayangan benda yang berwarna komplementernya. Faktor ini dapat dilihat dari besar kecilnya stimulus, lamanya melihat, dan intensitas cahaya.
c.    Faktor Retina, yaitu faktor dimana semakin kecil dan semakin rapat sel kerucut, maka semakin kecil dan minimum separable atau jarak terkecil antara garis yang masih terpisah.

1.2.14 Kelainan Mata
            Selain kelainan pada mata yang berupa buta warna seperti yang telah disebutkan pada subbab sebelumnya, terdapat kelainan fisis mata yang disebabkan oleh daya akomodasi yang berbeda. Penyebab dari daya akomodasi yang berbeda terjadi akibat perbedaannya elastisitas musculus ciliaris pada bagian mata. Kelainan mata yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas musculus ciliaris dapat menyebabkan ametropia yang meliputi(Gunadarma, 2014):
1.    Myopia, dimana sinar sejajar axis pada mata tidak berakomodasi akan memusat di depan retina, sehingga bayangan kabur akibat axis terlalu panjang atau kekuatan refraksi lensa terlalu kuat.
2.    Hypermetropia, sinar sejajar axis pada mata yang tidak berakomodasi akan memusat di belakang retina sehingga bayangan kabur. Penyebabnya adalah axis bola mata terlalu pendek atau kekuatan refraksi lensa yang terlalu kuat.
1.  Astigmatisma, kesalahan refraksi sistem lensa mata yang biasanya disebabkan oleh kornea yang membentuk bujur sangkar atau jarang-jarang, serta lensanya berbentuk membujur.

DAFTAR PUSTAKA


Adrian, W. 2003. Spectral Sensitivity of  The  Pupillary  
System. Clinical and Experimental Optometry. Vol
86(4): 235-238
Ashalatha, P. R., dan Deepa, G. 2012. Textbook of Anatomy
and  Physiology for Nurses. JP Medical Ltd: New
Delhi
Bogdashina, O. 2003. Sensory Perceptual Issues in Autism
and  Asperger Syndrome: Different Sensory
Experiences, Different Perceptual Worlds. Jessica Kingsley: London.
Frey, K., dan Price, P. 2005. Surgical Anatomy and
Physiology  for the Surgical Technologist. Cengage
Learning: USA
Gunadarma. 2014.  http://elearning.gunadarma.ac.id.
Diakses pada tanggal 24 Oktober 2014
Ilyas, S. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga .
Balai  Penerbit FKUI: FKUI
Khurana. 2008. Theory and Practice of Optics and
Refraction.  Edisi 2. Elsevier India: New Delhi
Surya, Y. 2009. OPTIKA. Kandel: Bandung
Rizzo, D. 2012. Introduction to Anatomy and Physiology.
Cengage Learning: USA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKNIK PEWARNAAN MOLD DAN YEAST

1.1   Latar Belakang Mikroba terdiri dari bakteri, fungi, protozoa, dan alga. Proses identifikasi untuk jenis-jenis mikroba tersebut cenderung berbeda karena struktur penyusun selnya juga berbeda. Fungi dibagi lagi menjadi mold (kapang) dan yeast (khamir), lichen , dan mikorhiza (Campbell dkk., 2003 ). Mold adalah fungi yang bersifat multisesluler dan memiliki kemampuan tumbuh dengan cepat dan bereproduksi cenderung secara aseksual. Perbedaan mold dan yeast adalah jumlah selnya, dimana sel yeast masih termasuk uniseluler sehingga strukturnya lebih sederhana dibandingkan dengan mold . Yeast di alam dapat ditemukan di tempat yang cair dan lembab seperti getah pohon dan jaringan hewan (Campbell dkk., 2003). Identifikasi mold untuk proses klasifikasi dapat dilakukan dengan cara melihat ciri-ciri morfologis struktur dari spora baik aseksual maupun seksualnya, sementara yeast dapat dilakukan dengan cara melihat ciri fisiologis dan adanya reaksi-reaksi biokimia di dalam sel...

IDENTIFIKASI BAKTERI MENGGUNAKAN UJI BIOKIMIA

1.1   Latar Belakang       Bakteri merupakan makhluk hidup, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kenyataan bahwa bakteri dapat bermetabolisme. Metabolisme yang dilakukan oleh bakteri dimaksudkan untuk menunjang kebutuhan hidup bakteri dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Metabolisme pada bakteri sama dengan metabolisme pada makhluk hidup tingkat tinggi yang terdiri dari proses anabolisme dan katabolisme (Campbell dkk., 2002).       Metabolisme pada bakteri dapat dilakukan dengan bantuan enzim – enzim tertentu yang diekskresikan oleh suatu jenis bakteri. Namun, tidak semua bakteri dapat melakukan produksi enzim yang jenisnya sama. Hal tersebut terjadi akibat perbedaan habitat beberapa jenis bakteri sehingga otomatis jenis enzim yang dibutuhkan untuk membantu proses metabolismenyapun berbeda bergantung habitat dan fungsinya (Campbell dkk., 2002).       Perbedaan jenis enzim yang diproduksi oleh...

Biologi Sel: Fraksinasi dan Analisa Komponen Seluler

1.1      Dasar Teori Sel meru pakan struktur dasar dari makhluk hidup yang paling kecil tetapi sudah kompleks dan fungsional. Tubuh dari makhluk hidup kecuali virus, memiliki organisasi sel yang terdiri dari banyak sel. Makhluk hidup yang hanya memiliki satu sel disebut sebagai uniseluler, contohnya adalah bakteri. Sementara itu, makhluk hidup yang memiliki banyak sel disebut sebagai makhluk hidup multiseluler(Chauhan,2008). Ti pe dari sel menjadi dasar pembagian sel secara prokariotik dan eukariotik. Prokariotik merupakan sel yang sangat primitif dan memiliki struktur internal yang sederhana. Hal tersebut dikarenakan sel prokariotik yang tidak dilengkapi dengan nukleus atau membran terikat lainnya, struktur internal sel prokariotik hanya terdiri atas dinding sel, membran plasma, sitosol, ruang kosong, ER, ribosom, dan penyimpanan granula. Sementara itu, eukariotik memiliki struktur internal sel yang lebih kompleks. Protoplasma pada sel prokariotik banyak meng...